Tiada ni'mat/keindahan Tuhan yang harus kita ingkari, kekasih. Selagi kita masi bisa menghirup udara segar di pagi hari. Selagi kita masi bisa melihat keindahan purnama di malam hari. Tuhan adalah segala keindahan yang Maha indah daripada apa yang kita lihat indah.
Bukan maksud untuk mengguruimu, kekasih. Sekejap mata memandang dibalik keanggunan wajamu, tampak jelas terlihat pancaran keresahan dalam dirimu. Entah apa yang terjadi.? Aku bukan paranormal yang pandai membaca hati dan aku pula bukan ahli falak yang dengan hebat bisa menghitung garis hidupmu. Akan tetapi, perlu kau ingat seketika. Pertemuan adalah keindahan Tuhan yang seharusnya patut kita syukuri. Tanpa keindahan, apakah kita bisa sedekat dan semesra ini?.
Ku jelang sunrise di telaga pagi
Sinarnya panjatkan salam
Atas cahaya mentari mewarnai
Pada sang semesta
Embun masi kurasa sejuknya
Di atas dedaunan yang rimbun
Memahkotai alam dengan
Kemilau cinta
Tulus pancaran kejernihanmu
Dengan kelembutan temani pagi
Terasa ni'mat hanya dekapan sang surya
Memeluk erat, membelai pagi
Ku elus resah
Ku usap kegelisahan
Gundah gulana tersingkirkan
Padamu oh anugerah
22 september 2016
Ijinkan aku untuk bercerita :
Esok hari, seorang gadis penuh keindahan datang menghampiri, sembari menyodorkan tanganya kepadaku.
"hey, senang bertemu denganmu. Aku pipit."
"Yah, Aku juga."
Tanpa senyum yang keluar dari bibirku. Aku beranjak pergi dari hadapanya. Juga, tanpa mengiraukan apa yang ia ucapkan. Pandanganya tajam penuh kekecewaan.
"hey, tunggu !! Siapa namamu?"
Sekali lagi Aku tak memperdulikan ucapnya. Dengan langkah gontai Aku terus berjalan penuh kebimbangan.
"Maaf, bukan Aku tak peduli. Karena sebenarnya Aku sudah mengenalmu, bahkan Aku sudah jatuh hati padamu. Namun, perasaanku kalut saat Aku mendengar Engkau sudah dimiliki." ucapku dalam hati.
Senyummu adalah penawar kegundahan, kekasih. Namun lagilagi Aku teringat bahwa Engkau hanyalah sebuah harapan yang tak mungkin bisa Aku gapai, walau sebanyak kata cinta yang akan Aku ucapkan kelak, takkan membuatmu bisa berpindah hati.
Fityatun Amanah, mungkin Tuhan hanya mengenalkan nama tanpa memberikan keindahanya padaku. Suara burung camar melengkapi kegundahanku kala itu. Cicak cicak menari di atas kepalaku, hingga bintang tak lagi memancarkan keafdholan cahayanya.
Namun Aku selalu berfikir, "tanpa berusaha, seekor burung pun tak mungkin bisa membuat sarang dengan begitu indah." Seperti juga yang dikataka oleh seorang penyair gelandangan, "Cinta adalah pertemuan antara rububiyah dan ubudiyah. Dimana dua hati yang saling bertolak belakang menjadi satu dalam sebuah wadah yang dinamaka kasih sayang."