Masih jelas tergambar di ingatan, saat kita kali pertama bertemu. Kamu menyapaku dengan segaris senyum hangat di kala itu. Sungguh, itu pertemuan yang paling tak aku duga sebelumnya. Pertemuan yang kemudian membawaku pada sebuah angan cinta yang seketika kamu bantu wujudkan setelahnya. Aku ingat, aku pernah berdoa kepada Tuhan agar ini bisa berlangsung selamanya. Masa-masa saat aku dan kamu selalu berdua, menuliskan banyak pengalaman yang akhirnya hanya menjadi kenangan.
Iya, karena memang kita dilahirkan dengan banyak perbedaan yang tak bisa kita tangani. Perbedaan yang akhirnya bisa memisahkan. Setidaknya aku sudah berusaha untuk tetap bertahan meskipun hanya berakhir dengan kesia-siaan. Memilukan, dan kini aku sendiri lagi tanpa kamu yang biasa menemani. Aku sadar, kita tak akan bisa kembali. Tapi bolehkah aku menempatkanmu sebagai bagian terindah dari masa laluku? Iya, bagian terindah yang terbalut pilu dan luka.
Berkatmu, aku merasakan momen terindah dalam masa laluku
Jika aku boleh mengatakan sesuatu, aku hanya akan mengucapkan terimakasih kepadamu. terimakasih karena sudah hadir dalam hidupku. Terimakasih sudah membuatku tertawa, bahagia, menangis dan merasakan cinta. Terimakasih sudah menggoreskan momen-momen indah yang kini hanya menjadi kenangan. Memang, sakit rasanya ketika kita berpisah, bahkan aku tak yakin aku bisa benar-benar menyembuhkan diri. Tapi ini berbeda, meskipun sakit rasanya, entah kenapa aku juga bahagia.
Karena bagiku, kamu adalah bagian penting. Bagian yang pernah hadir meskipun kemudian pergi. Kamu adalah bagian yang menemaniku disaat momen-momen terbaik. Momen yang bahkan hingga kini terlalu indah untuk dilupakan. Terimakasih karena berkatmu aku bisa merasakan masa terindah dalam masa laluku, meskipun setelahnya harus merasakan pilu.
Ketika kamu menggenggam tanganku, aku merasa bahwa kamu tak akan pernah melepaskan
Percayalah, hingga kini aku masih bisa merasakan bagaimana kuatnya saat jemarimu menggenggam erat tanganku. Seperti kamu tak ingin aku kemana-mana. Bagaikan tak ingin aku pergi jauh dari sampingmu. Aku masih merasakannya hingga kini, bahkan hangatnya tanganmu aku juga masih ingat betul. Apa aku gila? Mungkin saja karena akupun tak yakin. Aku hanya meyakini bahwa, genggamanmu adalah genggaman paling membahagiakan dari masa laluku. Tentu saja setelah genggaman tangan orang tuaku saat menuntunku belajar berjalan ataupun sekedar untuk meredakan kecemasan.
Tapi ternyata itu hanya perasaanku saja. Nyatanya kini kamu baik-baik saja meskipun tanpa menggenggam tanganku. Tak apa, aku disini juga baik-baik saja. Aku hanya sedang mengingatmu sebagai bagian penting dalam hidupku. Bagian yang telah memberiku banyak pelajaran berharga yang tak boleh dilupa begitu saja.
Nyaman yang kamu berikan, sungguh tak tergantikan
Aku tau, kenyamanan tak bisa dibeli oleh apapun. Kenyamanan adalah sebuah perasaan yang kadang tak bisa dijelaskan dengan kata dan ucapan. Kenyamanan hanya bisa dirasakan, hanya bisa dinikmati sebelum akhirnya pergi. Mungkin itulah kamu bagiku. Berada disebelahmu, menyandarkan kepala di pundakmu, bercerita tentang kerasnya kehidupan yang telah aku lalui seharian membuatku merasakan tenang. Ketenangan yang teramat dalam.
Kenyamanan dan ketulusan yang kamu berikan kepadaku adalah kado terindah yang pernah aku terima darimu. Sungguh, apalagi dengan cinta yang engkau tunjukkan setiap hari. Jangan heran kalau hingga kini aku masih mengingat semua dengan jelas. Mengingat perasaan nyaman dan bahagia meskipun berakhir dengan luka.
Meskipun akhirnya kandas, aku tetap menghargai “kita” yang pernah berjuang keras
Bahkan caramu mendekatiku saja sudah aku hitung sebagai perjuangan. Meskipun akhirnya kita harus kalah dan mengalah pada sebuah perbedaan, aku tetap yakin perjuangan yang telah kamu lakukan untukku dan untuk kita benar-benar tulus dari hati. Entah itu perjuangan dalam bentuk nyata ataupun tidak, aku sungguh melihat ketulusan. Tapi, masihkan rasa tulus itu ada dalam hatimu?
Aku menghargaimu sebagai seseorang yang pernah mencoba memperjuangkan aku, sebagai seseorang yang bahkan rela berkorban waktu hanya untuk membahagiakanku. Sekali lagi terimakasih. Apa yang telah kamu lakukan sungguh tak bisa aku lupakan.
Aku tak percaya sekarang aku menyebutmu sebagai mantan. Mantan yang telah memberiku bahagia meskipun diakhiri dengan luka menganga. Luka pilu yang tak akan pernah hilang meskipun telah menjadi masa lalu. Meskipun begitu, percayalah kamu adalah bagian terindah dari masa laluku yang pilu, aku yakin itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar