Kamis, 31 Agustus 2017

Duka Rohingya

"Untuk Saudara seagamaku Rohingya"

Ketika mawar menonjolkan duri-durinya
Ketika kelapa menonjolkan batoknya yang keras
Merpati pun berhamburan, 
bumi berdarah-darah

Rohingya Rohingya Rohingya

Pantai terbakar, bumi bergetar, anak-anakterlantar
Laut menjadi juru selamat,
meski ombaknya sering tak ramah
Ketika hidup berbeda jadi bencana
Ketika keyakinan menumpahkan darah
Iblis tertawa, topeng mulia jatuh ke tanah

Rohingya Rohingya Rohingya

Kelapa-kelapa berhamburan di laut dan terdampar
Terulang kisah manusia  perahu di masa silam
Ketika kebersihan hati menjadi simbol-simbol
Ketika kesederhaan hanya untuk bertanam angin
Badai ‘kan datang, kata damai terikat di moncong senjata

Rohingya Rohingya Rohingya

Tuhan tengah mencoba, iblis boleh tertawa,
engkau boleh jumawa
Rumput-rumput hidup pasti ada yang menanam dan menjaganya!

Sabtu, 18 Maret 2017

Yang Aku Yakini, Kamu Adalah Bagian Terindah dari Masa Lalu dan Masa Depan

Masih jelas tergambar di ingatan, saat kita kali pertama bertemu. Kamu menyapaku dengan segaris senyum hangat di kala itu. Sungguh, itu pertemuan yang paling tak aku duga sebelumnya. Pertemuan yang kemudian membawaku pada sebuah angan cinta yang seketika kamu bantu wujudkan setelahnya. Aku ingat, aku pernah berdoa kepada Tuhan agar ini bisa berlangsung selamanya. Masa-masa saat aku dan kamu selalu berdua, menuliskan banyak pengalaman yang akhirnya hanya menjadi kenangan.


Iya, karena memang kita dilahirkan dengan banyak perbedaan yang tak bisa kita tangani. Perbedaan yang akhirnya bisa memisahkan. Setidaknya aku sudah berusaha untuk tetap bertahan meskipun hanya berakhir dengan kesia-siaan. Memilukan, dan kini aku sendiri lagi tanpa kamu yang biasa menemani. Aku sadar, kita tak akan bisa kembali. Tapi bolehkah aku menempatkanmu sebagai bagian terindah dari masa laluku? Iya, bagian terindah yang terbalut pilu dan luka.

Berkatmu, aku merasakan momen terindah dalam masa laluku

Jika aku boleh mengatakan sesuatu, aku hanya akan mengucapkan terimakasih kepadamu. terimakasih karena sudah hadir dalam hidupku. Terimakasih sudah membuatku tertawa, bahagia, menangis dan merasakan cinta. Terimakasih sudah menggoreskan momen-momen indah yang kini hanya menjadi kenangan. Memang, sakit rasanya ketika kita berpisah, bahkan aku tak yakin aku bisa benar-benar menyembuhkan diri. Tapi ini berbeda, meskipun sakit rasanya, entah kenapa aku juga bahagia.

Karena bagiku, kamu adalah bagian penting. Bagian yang pernah hadir meskipun kemudian pergi. Kamu adalah bagian yang menemaniku disaat momen-momen terbaik. Momen yang bahkan hingga kini terlalu indah untuk dilupakan. Terimakasih karena berkatmu aku bisa merasakan masa terindah dalam masa laluku, meskipun setelahnya harus merasakan pilu.

Ketika kamu menggenggam tanganku, aku merasa bahwa kamu tak akan pernah melepaskan

Percayalah, hingga kini aku masih bisa merasakan bagaimana kuatnya saat jemarimu menggenggam erat tanganku. Seperti kamu tak ingin aku kemana-mana. Bagaikan tak ingin aku pergi jauh dari sampingmu. Aku masih merasakannya hingga kini, bahkan hangatnya tanganmu aku juga masih ingat betul. Apa aku gila? Mungkin saja karena akupun tak yakin. Aku hanya meyakini bahwa, genggamanmu adalah genggaman paling membahagiakan dari masa laluku. Tentu saja setelah genggaman tangan orang tuaku saat menuntunku belajar berjalan ataupun sekedar untuk meredakan kecemasan.

Tapi ternyata itu hanya perasaanku saja. Nyatanya kini kamu baik-baik saja meskipun tanpa menggenggam tanganku. Tak apa, aku disini juga baik-baik saja. Aku hanya sedang mengingatmu sebagai bagian penting dalam hidupku. Bagian yang telah memberiku banyak pelajaran berharga yang tak boleh dilupa begitu saja.

Nyaman yang kamu berikan, sungguh tak tergantikan

Aku tau, kenyamanan tak bisa dibeli oleh apapun. Kenyamanan adalah sebuah perasaan yang kadang tak bisa dijelaskan dengan kata dan ucapan. Kenyamanan hanya bisa dirasakan, hanya bisa dinikmati sebelum akhirnya pergi. Mungkin itulah kamu bagiku. Berada disebelahmu, menyandarkan kepala di pundakmu, bercerita tentang kerasnya kehidupan yang telah aku lalui seharian membuatku merasakan tenang. Ketenangan yang teramat dalam.

Kenyamanan dan ketulusan yang kamu berikan kepadaku adalah kado terindah yang pernah aku terima darimu. Sungguh, apalagi dengan cinta yang engkau tunjukkan setiap hari. Jangan heran kalau hingga kini aku masih mengingat semua dengan jelas. Mengingat perasaan nyaman dan bahagia meskipun berakhir dengan luka.

Meskipun akhirnya kandas, aku tetap menghargai “kita” yang pernah berjuang keras

Bahkan caramu mendekatiku saja sudah aku hitung sebagai perjuangan. Meskipun akhirnya kita harus kalah dan mengalah pada sebuah perbedaan, aku tetap yakin perjuangan yang telah kamu lakukan untukku dan untuk kita benar-benar tulus dari hati. Entah itu perjuangan dalam bentuk nyata ataupun tidak, aku sungguh melihat ketulusan. Tapi, masihkan rasa tulus itu ada dalam hatimu?

Aku menghargaimu sebagai seseorang yang pernah mencoba memperjuangkan aku, sebagai seseorang yang bahkan rela berkorban waktu hanya untuk membahagiakanku. Sekali lagi terimakasih. Apa yang telah kamu lakukan sungguh tak bisa aku lupakan.

Aku tak percaya sekarang aku menyebutmu sebagai mantan. Mantan yang telah memberiku bahagia meskipun diakhiri dengan luka menganga. Luka pilu yang tak akan pernah hilang meskipun telah menjadi masa lalu. Meskipun begitu, percayalah kamu adalah bagian terindah dari masa laluku yang pilu, aku yakin itu

Jumat, 17 Maret 2017

Maaf ibu, hanya setangkai mawar yang bisa aku berikan atas segala perjuanganmu



Pagi itu, seorang pria tampak turun dari mobil mewahnya. Ia bermaksud untuk membeli sebuah kade di kompleks pertokoan itu. Besok adalah hari ibu, dan ia bermaksud untuk membeli lalu mengirimkan sebuah hadiah lewat pos untuk ibunya dikampung. Seorang Ibu yang pernah ia tinggal pergi beberapa tahun lalu untuk kuliah, mencari nafkah, dan mengejar kesuksesan dikota besar ini. Langkah-langkah pria itu terhenti di depan sebuah toko bunga. Ia melihat seorang gadis cantik. Ternyata gadis itu adalah adik tingkatnya semasa kuliah dulu. Gadis itu terlihat sedang memandangi lesu rangkaian bunga-bunga indah di etalase. Matanya terlihat dengan jelas tengah berkaca-kaca, air matanya hendak meleleh seperti hendak menangis.

Setelah cerita-cerita lalu dilantunkan, pria itu lalu bertanya, "Ada apa denganmu? Ada apa dengan bunga-bunga itu?"

"Aku ingin memberi salah satu rangkaian bunga mawar ini untuk ibu saya" gadis itu melanjuntukan, "Seumur hidup saya belum pernah memberikan bunga seindah ini untuk ibu."


"Kenapa tidak kau beli saja? Ini bagus kok." Cerita pria tersebut sambil turut memandangi salah satu rangkaian bunga dimaksud wanita itu.

"Uangnya tidak cukup."

"Ya sudah, pilih saja salah satu, aku yang akan membayarnya." Pria itu menawarkan diri sambil tersenyum.

Akhirnya gadis itu mengambil salah satu karangan bunga. Dengan ditemani sang pria, gadis itu lalu menuju kasir. Pria itu juga menawarkan diri mengantar si gadis pulang ke rumah untuk memberikan bunga itu kepada ibunya. Gadis itu pun bersedia.

Dua orang itu lalu melaju menggunakan mobil menuju ke sebuah tempat yang ditunjukkan si gadis. Hati pria itu terperanjat ketika gadis cantik itu ternyata mengajaknya ke sebuah kompleks pemakaman umum.

Setelah memarkir mobil, pria itu lalu mengikuti langkah-langkah si gadis. Dengan sangat terharu gadis itu lalu meletakkan karangan bunga itu ke makam ibunya. Seorang ibu yang memang belum pernah dilihat gadis itu seumur hidupnya, karena ia meninggal pasca melahirkan gadis tersebut.

Melihat kejadian itu, setelah mengantarkan gadis itu pulang ke rumah, sang pria membatalkan niatnya untuk membeli dan mengirimkan kado bagi ibunya.

Siang itu juga, pemuda itu langsung tancap gas menuju kampung halamannya untuk melihat wajah ibu yang ia rindukan selama ini untukk bersujud dibawah kakinya dan memeluk erat tubuh dan hati lembutnya.Pagi itu, seorang pria tampak turun dari mobil mewahnya. Ia bermaksud untuk membeli sebuah kade di kompleks pertokoan itu. Besok adalah hari ibu, dan ia bermaksud untuk membeli lalu mengirimkan sebuah hadiah lewat pos untuk ibunya dikampung. Seorang Ibu yang pernah ia tinggal pergi beberapa tahun lalu untuk kuliah, mencari nafkah, dan mengejar kesuksesan dikota besar ini. Langkah-langkah pria itu terhenti di depan sebuah toko bunga. Ia melihat seorang gadis cantik. Ternyata gadis itu adalah adik tingkatnya semasa kuliah dulu. Gadis itu terlihat sedang memandangi lesu rangkaian bunga-bunga indah di etalase. Matanya terlihat dengan jelas tengah berkaca-kaca, air matanya hendak meleleh seperti hendak menangis.

Setelah cerita-cerita lalu dilantunkan, pria itu lalu bertanya, "Ada apa denganmu? Ada apa dengan bunga-bunga itu?"

"Aku ingin memberi salah satu rangkaian bunga mawar ini untuk ibu saya" gadis itu melanjuntukan, "Seumur hidup saya belum pernah memberikan bunga seindah ini untuk ibu."


"Kenapa tidak kau beli saja? Ini bagus kok." Cerita pria tersebut sambil turut memandangi salah satu rangkaian bunga dimaksud wanita itu.

"Uangnya tidak cukup."

"Ya sudah, pilih saja salah satu, aku yang akan membayarnya." Pria itu menawarkan diri sambil tersenyum.

Akhirnya gadis itu mengambil salah satu karangan bunga. Dengan ditemani sang pria, gadis itu lalu menuju kasir. Pria itu juga menawarkan diri mengantar si gadis pulang ke rumah untuk memberikan bunga itu kepada ibunya. Gadis itu pun bersedia.

Dua orang itu lalu melaju menggunakan mobil menuju ke sebuah tempat yang ditunjukkan si gadis. Hati pria itu terperanjat ketika gadis cantik itu ternyata mengajaknya ke sebuah kompleks pemakaman umum.

Setelah memarkir mobil, pria itu lalu mengikuti langkah-langkah si gadis. Dengan sangat terharu gadis itu lalu meletakkan karangan bunga itu ke makam ibunya. Seorang ibu yang memang belum pernah dilihat gadis itu seumur hidupnya, karena ia meninggal pasca melahirkan gadis tersebut.

Melihat kejadian itu, setelah mengantarkan gadis itu pulang ke rumah, sang pria membatalkan niatnya untuk membeli dan mengirimkan kado bagi ibunya.

Siang itu juga, pemuda itu langsung tancap gas menuju kampung halamannya untuk melihat wajah ibu yang ia rindukan selama ini untukk bersujud dibawah kakinya dan memeluk erat tubuh dan hati lembutnya.

Rabu, 25 Januari 2017

Cerpen "Musyafir Cinta"

Seulas senyum senja, membentang memenuhi hamparan cakrawala, dercak-dercak jingganya menebar merata menghiasi angkasa raya. Salah satu lukisan ilahi yang mempesona. Ihya yang sudah 4 Tahun Nyantri di Brebes tersenyum penuh suka cita, hatinya riang gembira, tak henti hentinya iya memandang kota cirebon, tanah kelahirannya. ’’sebentar lagi’’ pikirnya ketika mini bus yang ditumpanginya singgah di terminal kota Cirebon. Tiada yang membuatnya lebih bahagia dari pada liburan dan pulang ke kampung halaman.
Akhirnya Setelah salam salaman sama orang tua, saudara-saudara, semua famili di rumah, dan tak lupa ia juga mampir menyapa tetangga dekatnya, ihya yang memang bertampang lumayan kece itu melepas penatnya di taman belakang rumah yang penuh dengan tanaman hias.

‘’assalamualaikum’’ sebuah suara menengahi kesendiriannya, suara yang tak asing di telinga ihya walau ia telah lama meninggalkan kampungnya. Ia menoleh.

‘’Waalaikum salam.. hai Mam! Gimana, wah tambah gemuk aja nich....’’ sahutnya seraya memberikan tempat pada teman lamanya itu untuk turut bersantai menikmati tanaman hiasnya. Obrolan ringan karena kerinduan pun mulai mengalir di antara keduanya..

‘’ea Ihya, entar malem ada pengajian nich, tempatnya di rumah H. Syakur, seberang jalan tuh!... "sela Imam sembari menunjuk rumah di pinggir jalan raya yang di bentangi dengan pagar besar bak istana kerajaan.

"Ea... insya allah’’ jawab ihya datar.

‘’pokoknya kamu harus datang, ok! Udah ya, assalamualaikum’’ imam berpamitan.

‘’Waalaikum salam” jawabnya. Ihya tersenyum simpul memandang sahabatnya lenggak lenggok berlalu. Biasa “jemblong” tuh!.

Acara tasyakuran di rumah H. syakur tampak meriah. Semua tamu yang mayoritas wong kopyahan atau jilbaban tampak bersuka cita, terhanyut oleh lantunan nasyid annabawiyah. Tak ketinggalan Ihya tampak bersahaja dengan setelan baju takwa putih yang juga berbaur bersama. Bibirnya tiada henti bersholawat seiring lagu, sementara penglihatannya mulai menyapa seluruh isi ruang yang penuh orang. Mereka adalah keluaga islami yang memancarkan cahaya keimanan dan berkah dari setiap sisi dinding rumahnya. Lafadz agung Allah, gambar orang orang yang berjasa di masanya seperti para wali, kyai besar dan juga bapak presiden Abdurrahman Wahid terhias di sepanjang dinding.

Namun diam diam Ihya menemukan sebentuk bidadari di penghujung tatapannya. Sebelum acara selesai, Ihya sempat berkenalan dengan seorang dara jelita itu, wajahnya yang ayu dibalut jilbab dan sepasang mata bak permata yang tidak pernah di temui oleh penyelam di sepanjang samudra membuatnya tersihir oleh rasa pesona. “Fityatun Amanah”, begitu iya menyebutkan nama. Ihya tidak dapat berkata, ia mencoba menahan gemuruh lubuk hati yang kian membahana dan mulai meneruskan perkenalan. “ Ihya Ulumuddin”.
Pipit hanya menundukan kepala, cahaya aura Ihya telah memenjarakan hatinya. Tanpa sadar ada getaran yang menyala di sudut hatinya. Walau pada pandangan pertama kedua, detak hati insan ini tak bisa berdusta, bara asmara telah menyala dan berkobar menerangi istana atas nama cinta. Tak ada kata terucap, hanya isyarat kerlingan mata yang syahdu memenuhi waktu mereka, sampai acara selesai.
Waktu tak pernah berhenti menelan ruang kisah manusia. Ihya dan Pipit, walaupun hanya merangkai bayangan syahdu, mereka bahagia dan tidak lelah merajut siang dengan syair-syair indah membingkai malam dengan lagu-lagu rindu.

“duhai Khusni, bantulah hamba yang lemah ini”

“emang ada apa?” Khusni tampak mengerutkan kening, wajah sobatnya pucat.

“kamu sakit?” sambungnya lagi.

“karena sakit ini aku menemukan kenikmatan yang tiada tara, suatu kelezatan yang terilham dari syurga.” . mimik muka Ihya serius, khusni hanya melongo heran.

“kenapa nih anak,” pikirnya dalam hati.

“tolong serahkan surat ini pada Fityatun Amanah” tangan Ihya gemetar menyerahkan surat pada khusni.

“Oh,.. ini ta masalahnya, kirain ada apa. Ok deh !”

“sampaikan salamku padanya”, suara Ihya kian serak ada titik linang tertahan di pelupuknya. Setelah khusni berlalu, Ihya tak mampu menahan air mata, ia menangis karena bahagia, sepatah sayapnya telah di bawa oleh khusni tuk di persembahkan pada sang kekasih.

“Pit, ini dari Ihya, dia juga nitip salam buat kamu” khusni menyerahkan sepucuk surat pada Pipit dan langsung pamit pulang.

Teruntuk adinda Fityatun Amanah

Duhai sepasang sayap rinduku.
Ketika siul camar mendenting.
Dawai-dawai asmara. Seisi alam teriak cemburu.
Saat ku rengkuh lukisan indah senyumu.

Duhai belahan sanubari.
Saat waktu mulai menghapus kisahku.
Kutemukan bias rinduku untukmu.
Hingga tak henti alam mimpiku.
Mengukir percik percik kilau auramu

Duhai separuh nafasku.
Hesrat hati merangkai kisah mempesona.
Bersama sang adinda, menelusuri indahnya taman nirwana.
Harap hati bingkai asa ini tak terlalu maya tuk jadi nyata

Maukah dinda merajut serat-serat rindu bersama musafir cinta ini?.

Makhluk lemah, Ihya Ulumuddin.

Brak!!, Pipit tak sadarkan diri, panah-panah rindu telah menusuk dan merobek-robek pikiran jernihnya. Setelah sadar, dengan langkah lunglai ia mengambil wudhu, lalu shalat dua rakaat. Dalam doa ia menangis sejadi jadinya “ Robby,.. engkau maha mengerti walau hanya sebisik hati, haruskah diri menghabiskan sisa akhir nafas hidupku, hanya terpaku merindu, membiarkan diri lupa akan kehangatan kasih-Mu. Robby... segarkanlah gersang lubuk dengan tetesan agung rahmatmu, sungguh nirwana cinta telah menghabiskan waktu tuk bercumbu bersama-Mu. amiin..” Sekali lagi Pipit pingsan, mukenanya basah oleh air mata yang menghiasi cawan cintanya yang telah mengekang detak jantungnya.

Di ufuk timur nan jauh di sana, sang fajar masih tersenyum elok menghiasi tebing-tebing cakrawala bersama lelehan air mata, Pipit menulis balasan surat pada Ihya. Segala rasa, segala cinta , segala duka ia tumpahkan pada secarik kertas di hadapanya. Setelah selesai ia mencium beberapa kali sebelum di titipkan pada khusni.

“Yaa Robby.... selamatkanlah dia sampai tujuan, karena dia membawa separuh nafasku. Amiin...” ratap Pipit pada relung hatinya.

Buat insan yang ku puja Atas nama
cinta...
Yang telah mengukir prasasti-prasasti suci.
Di retak dan dinding sanubari.
Hanya seulas senyum sang kekasih dinanti.
Ketika beratus kali angan tersuruk-suruk
Menelusuri dimensi dengan segenggam sunyi.

Duhai musafir cinta
Di setiap langkahmu ku dengar.
Dentingan syair-syair rindu yang tulus.
Berirama bersama alunan lagu.
Yang menyatukan cinta dan rindu.

Wahai pelipur laraku.
Di saksikan siraman sang purnama.
Mari kita meneguk rasa di cawan cinta.
Tuk mengikrarkan satu kata cinta Semoga perjalanan kita nanti di ridhoi Allah sang maha adidaya.
Amiin... Perindumu.

Di iringi derai air mata, ia bersujud syukur, syukur atas panah cintanya yang terarah. Tepuk cintanya tak sebelah. “Yaa Ilahi, Dzat yang Maha mengetahui segala detak-detak hati hamba. Bukan maksud hamba memadumu, diri tak punya daya tuk berpaling dari lukisan syurga yang engkau ilhami.”

Ihya hanya bisa mengadu pada sang Rabb-Nya. Tak mungkin ia menemui sang kekasih untuk mengobati sakit rindu, karena syariat melarangnya. Memang tidak ada kata toleransi dalam agama islam tuk memperbolehkan pacaran.

Tak terasa 14 hari terlewati antara Ihya dan Pipit memadu kasih, merangkai rindu hanya melewati tarian pena, namun mereka tetap bahagia merajut kasih di “alam maya”. Seharian Ihya nampak gelisah, karena besok sudah harus balik ke Pondok, dalam hatinya ada dua sisi yang berkecambuk, “antara cita-cita atau pesona cinta”. Tak ada jawaban atas pertanyaan hatinya. Hari rabu tanggal 24 R. Awal, Ia memutuskan balik tepat waktu ke Pondok. Yach...! demi tholabul ilmi, Ia bungkus cintanya dengan harapan yang mulia, demi syiar agama ia kekang gumuruh jiwanya dengan tasbih dan istighfar. Demi cita-cita suci ia bingkai rindunya dengan dzikir dan sholawat.
Sebelum berangkat, Ihya menemui khusni yang telah membawa rindunya pada Pipit.

“Selamat jalan saudaraku, insya Allah dengan mendekatkan diri pada sang khalik engkau mampu meredam nafsu cintamu” ucap khusni lirih, mereka tak mampu menahan air mata dalam rangkulan dua sahabat fillah. Khusni sekarang menuju rumah Pipit, surat terakhir dari Ihya ia pegang erat-erat, ada perasaan iba dan bangga pada perjalanan cinta kedua insan ini.

Buat habibah fillah

Habibi....
bersamamu hati menemukan kasih syahdu.
Barsamamu angan merasakan hangatnya rindu.
Bersamamu asa merangkai serat-serat rasa.
Bersamamu jiwa membingkai kasih mempesona.

Kasihku....
Selama angin musim semi menggoyangkan helai-helai cendan.
Tak kan henti denyut nadiku merajut indah di hela aksara namamu.
Demi semua penghuni semesta.
selama hempas semilir senja, Tak lelah melambaikan janur kelapa.
Menghabiskan waktu merangkuh rindu.

Sekarang yach... sekarang... Mungkin kita harus meregangkan rindu ataupun cinta yang menggebu.
Demi cinta demi masa depan yang bercahaya.
Insya allah kita akan sebenderang purnama
Kasihmu
Ihya Ulumuddin

“Selamat jalan pangeranku, semoga kita menemukan sisa-sisa percik rahmatnya. Insya Allah sampai kapanpun aku akan menunggumu wahai pujaanku”. Dengan cucuran air mata Pipit mengecup lembut surat terakhir dari Ihya."


Selasa, 13 Desember 2016

Di balik fenomena Perjalanan Spiritual sang Penulis ( Den Ihya )

Dari perjalanan spiritual yang penulis lakukan selama ini, ziarah makam merupakan salah satu bagian yang tidak bisa dilepaskan dari perkembangan batin. Selama mengunjungi makam - makam keramat penulis terkadang berbincang dengan sesama peziarah, mengenai pengalaman yang mereka dapatkan selama ziarah.

Ziarah merupakan fenomena umum di Indonesia. Hampir di semua daerah terdapat makam keramat atau yang sengaja dikeramatkan. Mungkin ada puluhan ribu tempat angker berupa petilasan atau makan keramat di Nusantara tercinta ini. Seperti tidak mengenal tempat, keramat dapat berada di atas puncak gunung tinggi, tepi danau, tengah sawah, pinggir sungai sampai di tengah perkampungan padat sekalipun.

Pertanyaan mendasar yang sering terdengar adalah : " Apa sih yang dicari di makam ??" Bagi orang awan
ziarah ke makam keramat hanya sekedar mendoakan orang yang telah tiada. Namun bagi sebagian kalangan
ziarah kubur memiliki arti luas dan lebih mendalam.

Ziarah dapat mengingatkan kita kepada Sang Khalik bahwa esensi hidup manusia adalah sementara. Ziarah dalam arti kata positif dapat membantu meningkatkan kadar keimanan seseorang. Namun sayangnya banyak juga peziarah yang seolah menduakan Tuhan dengan meminta atau memuja kepada tempat  - tempat angker tersebut.

Tidak semua makam keramat memiliki kuncen atau pengurus makam. Beberapa makam tua atau angker justru tidak diurus sama sekali,bahkan keberadaaannya sudah sulit dideteksi karena telah menyatu dengan lingkungan sekitar. Biasanya tetua daerah setempat akan mengetahui sejarah sebuah kampung, termasuk dimana terdapat makam makam keramat para pendahulunya.

Dari sisi kebatinan dan kaca mata paranormal, tempat makam atau petilasan angker merupakan tempat yang sangat baik untuk berlatih dan mengembangkan kemampuan. Tidak heran dari sekian banyak peziarah, sebagian dari mereka adalah paranormal atau paling tidak orang-orang linuwih yang mengerti keilmuan batin.

Makin angker dan tinggi tingkatan hodam penjaga makam keramat maka biasanya makin dicari oleh meraka yang berburu keilmuan. "Sang empu"  penghuni makam biasanya tidak tiap saat berada di makamnya ( rumah - Red). Namun bagi yang terlatih penglihatan gaib, maka dapat terlihat apakah meraka sedang berada atau tidak.

Seperti Yin dan Yang, begitu juga karakter sebuah makam angker. Ada yang memancarkan hawa positif dan ada juga negatif. Makam negatif lebih banyak dikunjungi oleh mereka yang beraliran gelap dan seringkali disalah gunakan untuk meminta kekayaan melalui ritual tertentu. Sesajen pada sebuah makam terkadang dapat menjadi petunjuk mengenai sifat penunggu makam dan kecenderungan apakah positif atau negatif.

Berbagai cerima mistis sering kali terdengar dalam proses ziarah. Dari mulai penampakan penunggu, pewujudan orang tua, cahaya, tanda - tanda alam yang tiba - tiba muncul sampai kepada kemunculan barang pusaka. Memang tidak dipungkiri makam sebagai salah satu gudang barang pusaka gaib sering sekali menjadi tempat incaran bagi mereka yang memiliki kemampuan tarik benda. Tidak sedikit orang awam yang juga mendapatkan barang pusaka secara kebetulan semata.

Dari penglihatan penulis, disetiap makam keramat yang pernah dikunjungi selalu ada pusaka gaibnya. Yang berbeda hanya jenis dan kuantitas serta kualitasnya saja. Untuk proses penarikan barang gaib akan dibahas pada artikel terpisah.

Tidak sedikit makam keramat mejadi tempat bertapa selama berhari hari bahkan berbulan bulan bagi mereka yang memperdalam sebuah keilmuan. Aura mistis makam memang menjadi tempat potensial untuk menyerap kekuatan dan mengolahnya di dalam raga manusia.

Beberapa peziarah memang sengaja datang atas petunjuk atau ilafat yang diberikan gaib kepada mereka. Bisa melalui mimpi atau bayangan saat mereka berkontemplasi / bermeditasi.

Makam keramat juga sering kali dijadikan tempat untuk pengijasahan sebuah ilmu dari sang guru kepada anak didiknya. Bahkan dalam beberasa kasus penghuni makam dapat juga memberikan ilmu kepada orang yang dianggap pantas / layak.

Ziarah ke makam menjadi ajang silahturahmi antara seseorang dengan penunggu makam. Paranormal seringkali meminta bantuan jasa penunggu makam keramat ketika proses penyembuhan atau membantu mereka untuk mewujudkan hajat - hajatnya. Biasanya hajat penting dan berat, dimana mereka tidak mampu untuk melakukannya.Ziarah juga menjadi simbol pengakuan manusia akan keberadaan dunia batin dan penghormatan kepada mereka ( bukan memuja - Red.). Dari beberapa cerita yang berkembang, seringkali seseorang yang menemui jalan buntu malah mendapatkan kemudahan dari Tuhan YME melalui perantaraan sebuah makam.

Sebagian orang menjadikan ziarah sebagai sarana rekreasi yang terbilang murah dan penuh manfaat. Selain menyegarkan jiwa, pemandangan indah lingkungan sekitar makam, terlebih yang berada di kaki gunung menjadi kenangan tersendiri yang tidak terlupakan. Beberapa makam mungkin memerlukan jarak tempuh jalan kaki yang cukup menggantikan olah raga dalam seminggu.

Pada tingkat tertentu bahkan ziarah buat sebagian orang menjadi hobi tersendiri.....

So...siapa mau ke makam ???  mariiii....!


Kamis, 24 November 2016

GWS for My Love, Sakit adalah cara Tuhan menampakan rasa sayangNya

Disaat seseorang yang sangat kita cintai dan kita sayangi sedang sakit atau tidak enak badan, pasti kita juga akan merasakan sakit yang dia rasakan. Demi membuat hati orang yang kita sayangi tersebut merasa senang dan memberikan dia semangat untuk tetap tegar dengan apa yang dia alami saat ini. Kalau kita memang benar benar sangat mencintai kekasih kita pasti kita akan lakukan yang terbaik untuk dia, memberikan dia hiburan dengan cara membarikan dia ucapan kata kata lucu supaya dia tertawa dan memberikan kata kata motivasi semangat agar dia tersentuh dan bangkit untuk berusaha cepat sembuh.

Kata Kata Penghibur dan Perhatian adalah salah satu yang tepat untuk anda ungkapkan kepada kekasih atau pacar yang lagi sakit supaya hatinya merasa senang. Berilah perhatian yang penuh untuk pacar kita yang sedang terbaring lemas dan berjuang untuk kesembuhan, kalau perlu jenguk dia setiap hari sepulang anda bekerja atau sebelum berangkat bekerja, karena kekasih kita pasti sangat membutuhkan kita disampingnya dan juga keberadaan kita disampingnya itu sebagai penyemangat bagi dirinya untuk melawan penyakit dan menggapai kesembuhan.

"Apapun sekarang ini yang kamu rasakan, tetap semangat ya sayangku, kamu harus bias melawan semua rasa sakit itu, ingatlah janji kita yang sudah kita rangkai masih separuh jalan, kamu harus cepat sembuh supaya kita bias melanjutkan lagi hal hal yang luar biasa yang akan kita ciptakan berdua. Aku akan selalu disini menemanimu sayang, karena aku ingin selalu ada untukmu dan ikut merasakan apa yang kamu rasakan, karena kita adalah satu. Kamu adalah aku dan aku adalah kamu. Cepat sembuh ya sayang, ingat hal hal indah yang sudah kita ciptakan"

Semenjak kamu sakit aku selalu berdo’a dan meminta kepada Tuhan agar kau cepat diberi kesembuhan dan juga agar kau tegar dalam menghadapi cobaan ini. Kamu jangan khawatir karena aku akan selalu disampingmu dan merawatmu sampai kamu sembuh dan kembali seperti dulu lagi.
Aku akan melakukan apapun demi kesembuhanmu sayangku, karena tidak ada yang penting bagiku di dunia ini selain melihatmu tersenyum kembali.

Diary Singkat Hitam Putih

  Seorang pemuda dengan latar belakang kehidupan yang hitam legam bak malam tanpa bulan ataupun bintang. Sebagian besar, bahkan seluruh kehidupannya ia habiskan sebagai seorang pecandu minuman keras yang sering ia sebut tuak komplit, yaitu arak muda dengan bahan dasar satu-satunya yang terbuat dari campuran air nira siwalan, la’ang, anggur, dan beras kencur. Den Ihya namanya. Kebiasaan buruk itu seakan menjadi teman akrabnya. Kedua orang tuanya berusaha semaksimal mungkin untuk bisa merubah tingkah laku buruknya, namun rasa takut dan cemas seringkali menghantui kedua orangtuanya, terutama sang Bapak. Kadang kata-kata mutiara yang sering diungkapakan oleh sang Bapak masih terngiang dipikirannya, tentang nilai kehidupan ataupun pedoman. Sang Bapak mencoba memperbaiki porak poranda kehidupannya dengan mengirimkannya ke pondok pesantren. Waktu itu sang Bapak mengkonsultasikan masalah yang tengah diderita Den Ihya kepada seorang Kiyai. “Pak Kiai, Den Ihya adalah anak kami satu-satunya.” Itulah kata yang pertama kali diucapkan oleh sang Bapak di depan orang karismatik yang berpakaian serba putih. Sedikit demi sedikit, meluncurlah kisah kelamnya dari mulut Sang Bapak. Gemetar suaranya menyayat hati Den Ihya, pilu dan ngilu. Tak luput dari penuturannya pula, tentang Den Ihya yang suka mabuk-mabukan dengan ramuan la'ang di pedalaman Kangean.
            Hari pun berlanjut ketika dirinya telah menjadi bagian dari pondok pesantren yang terkenal sangat disiplin dan tegas tersebut. Awal mula ketika ia menginjakkan kaki di pesantren tersebut, ia hanya bisa diam terpaku menerima kehidupan pondok pesantren yang penuh aturan, jika dibandingkan dengan kebebasannya ketika berada dilingkungan rumah. Mu’allim, itulah sebutan bagi para guru ataupun pengurus dipondok tersebut. Beberapa mu’alim melakukan tugas rutinnya, yaitu membangunkan para santri untuk melaksanakan shalat tahajud, tak luput pula dengan Den Ihya. Namun gejolak hatinya seakan tak mau reda, merasakan hidup terkekang seperti burung dalam sangkar. Bahkan seorang Mu’allim pun sampai harus menghadapinya dengan rasa emosi dan sempat terjadi bersitegang diantara para Mu’allim dan Den Ihya, walaupun akhirnya dia tak juga beranjak dan tak mau menuruti perintah sang Mu’allim.
            Saat itu, sekejap badan ia tersentak merasakan deru gelombang jiwanya yang binal, serta rasa panas yang menghinggapi tubuhnya. Badannya pun ambruk digelaran tikar sembari menarik selimut untuk persembunyian tubuhnya. Rasa panas dan dingin tak henti-hentinya meneror tubuhnya. Dalam tidurnya ia mengigau dan meronta meminta “minuman”, hal itupun membuat para teman sekaligus Mu’allim yang saat itu berada di rayonnya merasa bingung, sampai salah satu dari Mu’allim menanyakan kepadanya tentang “minuman” itu, namun terus saja ia meracau meminta “minuman” itu.
            Hari-hari dipondok berlanjut ketika rasa terkucil dan rasa dipandang sebelah mata mengusik jiwanya. Semua teman yang ada dirayonnya seakan takut dan tak menerima kehadirannya karena tingkah laku aneh dan buruk yang ia tampakkan, walaupun ia adalah seorang santri baru di ponpes tersebut. Rasa itulah yang semakin membuatnya keras dan seakan tak peduli pada semua orang yang berada disekitarnya. Bahkan karena ulahnya yang tak mau menaati aturan itu pun sering mengundang kemarahan sang Ustadz, tak jarang pukulan hendak didaratkan dipipinya. Namun sekali lagi ia mencoba menggertak dan mengancam sang Ustadz. Dari sekian banyak teman yang membencinya, ada beberapa teman yang bisa mengerti keadaannya dan mau menerima kehadirannya. Ipul, adalah teman sekamar Den Ihya. Ketika Den Ihys tengah menghadapi teror candu minuman tuak itu, dengan sabar dan penuh perhatiannya Ipul mengantarnya kekamar dan menganjurkannya untuk beristirahat. Berbeda dengan teman lainnya yang selalu mengolok – olok dan menentang kehadirannya di pesantren tersebut.
            Berbagai masalah dihadapinya, salah satunya ketika ia mendapatkan tugas menjadi bulis ( petugas penjaga keamanan rayon).

Kamis, 22 September 2016

Falsafah Cinta

Kasih, adaka cinta yang lebih indah daripada cinta kepada Tuhan? Keadilan Tuhan adalah segalanya. Tuhan ciptakan hati untuk merasakan keindahan. Tuhan ciptakan mata untuk melihat keindahan. Tuhan ciptakan tangan untuk menggenggam keindahan, dan Tuhan ciptakan seluruh anggota tubuh untuk memperindah keindahan.
Tiada ni'mat/keindahan Tuhan yang harus kita ingkari, kekasih. Selagi kita masi bisa menghirup udara segar di pagi hari. Selagi kita masi bisa melihat keindahan purnama di malam hari. Tuhan adalah segala keindahan yang Maha indah daripada apa yang kita lihat indah.

 Bukan maksud untuk mengguruimu, kekasih. Sekejap mata memandang dibalik keanggunan wajamu, tampak jelas terlihat pancaran keresahan dalam dirimu. Entah apa yang terjadi.? Aku bukan paranormal yang pandai membaca hati dan aku pula bukan ahli falak yang dengan hebat bisa menghitung garis hidupmu. Akan tetapi, perlu kau ingat seketika. Pertemuan adalah keindahan Tuhan yang seharusnya patut kita syukuri. Tanpa keindahan, apakah kita bisa sedekat dan semesra ini?.

Ku jelang sunrise di telaga pagi
Sinarnya panjatkan salam
Atas cahaya mentari mewarnai
Pada sang semesta

Embun masi kurasa sejuknya
Di atas dedaunan yang rimbun
Memahkotai alam dengan
Kemilau cinta

Tulus pancaran kejernihanmu
Dengan kelembutan temani pagi
Terasa ni'mat hanya dekapan sang surya
Memeluk erat, membelai pagi

Ku elus resah
Ku usap kegelisahan
Gundah gulana tersingkirkan
Padamu oh anugerah
                     22 september 2016


Ijinkan aku untuk bercerita :
Esok hari, seorang gadis penuh keindahan datang menghampiri, sembari menyodorkan tanganya kepadaku.

"hey, senang bertemu denganmu. Aku pipit."

"Yah, Aku juga."

Tanpa senyum yang keluar dari bibirku. Aku beranjak pergi dari hadapanya. Juga, tanpa mengiraukan apa yang ia ucapkan. Pandanganya tajam penuh kekecewaan.

"hey, tunggu !! Siapa namamu?"

Sekali lagi Aku tak memperdulikan ucapnya. Dengan langkah gontai Aku terus berjalan penuh kebimbangan.

"Maaf, bukan Aku tak peduli. Karena sebenarnya Aku sudah mengenalmu, bahkan Aku sudah jatuh hati padamu. Namun, perasaanku kalut saat Aku mendengar Engkau sudah dimiliki." ucapku dalam hati.

Senyummu adalah penawar kegundahan, kekasih. Namun lagilagi Aku teringat bahwa Engkau hanyalah sebuah harapan yang tak mungkin bisa Aku gapai, walau sebanyak kata cinta yang akan Aku ucapkan kelak, takkan membuatmu bisa berpindah hati.

Fityatun Amanah, mungkin Tuhan hanya mengenalkan nama tanpa memberikan keindahanya padaku. Suara burung camar melengkapi kegundahanku kala itu. Cicak cicak menari di atas kepalaku, hingga bintang tak lagi memancarkan keafdholan cahayanya.
Namun Aku selalu berfikir, "tanpa berusaha, seekor burung pun tak mungkin bisa membuat sarang dengan begitu indah." Seperti juga yang dikataka oleh seorang penyair gelandangan, "Cinta adalah pertemuan antara rububiyah dan ubudiyah. Dimana dua hati yang saling bertolak belakang menjadi satu dalam sebuah wadah yang dinamaka kasih sayang."