Sabtu, 17 Oktober 2015

Cerpen "Karena Galau, Sholatpun Terenti" Karya Ihya Ulumuddin QS


Disebuah pondok  pesantren terdapat 5 orang sahabat sebut saja saya "bang ipul, dan 4 sahabat saya "kang Ihya, a'choenx, Tatang dan glembo. Mereka layaknya tim pandawa lima. Hari demi hari saya dan ke 4 sahabat saya lalui bersama, dengan tawa, tangis bahkan kadang gak jlas, namun Kebersamaan kami memang terlihat indah, ketika teman yang satu tidak memiliki uang maka teman yang lainya harus berbagi rasa.

 Ya, saya Bang ipul, saya adalah ketua dari tim kami, yang kami sebut dengn tim BETARU "Bengi tange awan turu" yang jika diterjemahkan dalam bahasa indonesia artinya ( Malam bangun siang tidur ), persis seperti binatang kelelawar.
Kami adalah tokoh sentral dalam absensi tajir, hampir setiap saat kata tajir itu selalu menimpa tim kami, dari tajiran ringan hingga tajiran berat sudah kami rasakan.
Siang hingga malam kami selalu bersama bagaikan anggota tubuh yang apabila salah satu dari anggota tubuh itu ada yang sakit maka seluruhnya akan merasakan sakit.

 Hal rutin yang kami lakukan dikala malam telah datang & sunyi menyapa ialah untuk meluangkan waktu dalam season curhat curhatan, layaknya perempuan saja ya.
Setelah diam beberapa menit sambil merenungi sunyinya malam, tiba tiba salah satu dari kami ada yang memulai curhatanya.
"Aku galau" ujar glembo.
Mendengar kata itu, sontak kami pun tertawa terbahak  bahak.
"Hahhh, inget woi di tahun 2015 masi saja menyimpan kalimat galau." Kata kang ihya.
"Sudah dengarkan saja dulu dia galau kenapa." Ujarku.
Entah apa yang sekarang ada di fikiran glembo, dia hanya bengong dan memunculkan raut wajah yang memang benar benar lagi galau.
"Heyyy mbo, yeeee jangan bengong." Ujarku.
"Ehh iya mbo, ungkapkan saja jangan malu malu." Lanjut a'choenx.

Setelah kami tunggu selama beberapa menit, akhirnya glembo brani crita juga.
"Gini bro, aku bingung dengan kelakuan pacarku, yang semakin hari semakin seperti nek lampir saja." Curhat glembo.
"Lhoo ko gthu, emang kenapa?" Tanya tatang.
"Entahlah tang, akhir akhir ini dia itu mmiliki hobi baru, yaitu marah marah." Jawab glembo.
"Owh.. itu tho yang membuatmu memunculkan kemerahan pada wajah, yang membuat wajahmu jadi bertambah serem." Ledek a'choenx.
Mendengar ledekan a'choenx tadi, membuat kami berlima tertawa sejenak diatas penderitaan glembo, ya maklumlah mbo, kesedihanmu adalah ksenangan kami, hehehe.
"Sudahlah mbo, wanita itu hanyalah sebuah lilin yang apabila tdak kamu jaga maka reduplah cahayanya." Nasihat kang ihya.
"Uhuuuyy ekhem... cieee ciee pengalaman nieeee." Ledek seluruh teman.
"Pengalaman mah kagak, cuma sering saja." Hehehe Jawab kang ihya.

Tak terasa malampun telah berganti pagi dan waktupun sudah menunjukan pukul 03:00, sudah saatnya untuk saya dan teman teman bergegas tidur. Yaa seperti biasa satu bantal + satu selimut untuk ber enam.
Baru saja terlelap, bunga tidurpun baru sampai ke pintu surga, suara kentrong pun berbunyi yang menandakan telah masuk waktu subuh. Saya dan teman temanpun terbangun dan bergegas untuk mengambil air wudhu. Jugha tak kami kira bahwa jadwal imam sholat subuh pagi ini adlah glembo, krena peraturan di pondok kami memang imam sholat itu harus bergantian. Suara adzan disambut iqomahpun terdengar, seluruh santri sudah merapatkan shafnya.
Entah apa yang pagi ini ada di fikiran glembo, yaaa mungkin efek galau tadi malam masi ada, sampai sampai membaca surat AL Fatikha pun dia salah.
Bacaan yang sebenarnya 'Iyya kana'budu wa iyya kanasta'iin," malah berubah menjadi " iyya kana'budu wa iyya kanas LaLa."
Yaa maklum juga sih, kan pacarnya bernama Lala.

Glembo glembo malang nian nasibmu, sudah jatuh ketimpaan tangga pula. Juga akibat kesalahan fatal itu sontak membuat seluruh santripun tertawa dalam kekhusuan sholat mereka,  sholatpun dilanjutkan dengan pergantian imam, kini imamnya adlah saya sendiri. Alhamdulillah sholatpun berjalan dengan lancar hingga slesai.

Kesalahan tadi membuat glembo sering diledek temanya, bahkan selepas sholat slesai, ada yang bilang
"Cieee iyya kanas lala" huhuhuy ledek teman santrinya.
" kenapa tidak iyya coca cola wa iyya teh botol sosro akuuuuuu auss gthu mbo." Ledekan juga dri tman santrinya.
Ledekan mereka membuat seluruh santri yang berada di dalam aula tertawa dengan sejujur jujurnya ketawa. Melihat hal ini terjadi saya dan ke 3 sahabat betaru merasa kasihan dan ikut meledeknya. Hehehe maaf ya mbo.

 Setelah semuanya slesai, saya dan ke 3 sahabat saya langsung mendekati glembo seraya meminta maaf.
"Maaf ya mbo" ujar kami ber empat.
"Ia gak papa kok, kalian memang pantas untuk meledek saya." Celetuk glembo sambil memancarkan raut wajah sperti marah.
"Owh ia, sudahlah mbo, kegalauanmu tak ada gunanya." Potong tatang.
"Kamu ngarti apa tang? Kamu itu jomblo seumur hidup, jadi blum merasakan ap yang aku rasakan." Jawab glembo.
"Sudah sudah, aku ngarti kok apa yang sekarang sdang kamu rasakan mbo, tapi jangan sampai berlarut larut kaya gini dong." Ucap kang ihya.
"Iya mbo, dunia ini teramat luas jika hanya kau tetesi dengan air mata kegalauan karena dia." Nasehatku.
Glembo pun terdiam sejenak, seperti lagi merenungi ucapan yang kami katakan.
"Kalian memang sahabat sahabatku yang baik, entah aku ini siapa tanpa kalian." Ucap glembo.
"Mbo percayalah, tawamu adalah tawa kami, kesedihanmu juga kesedihan kami, tapi sungguh kejelekan wajahmu itu baru bukan kejelekan wajah kami," ledek a'choeng, sembari memberi motivasi persahabatan.
"Itu sih takdir choenx." Lanjut tatang.
Sontak kami pun kembali tertawa bersama, dan nampak kini sdah tak terlihat raut wajah galau dari glembo.

Mendengar nasihat dari teman temanya, akhirnya kini glembo sudah bisa kembali tersenyum lebar, selebar mulut buaya rawa. Kini dia menyadari bahwa memang galaunya itu tak pantas jika krena wanita yang memang masi tahap pemurnian. Dengan begitu akhirnya glembo pun berfikir untuk tdak dulu bermain cinta, dan lebih untuk memfokuskan diri ke belajar dan masa depan.

Terimakasih.. selamat membaca.
Banyak hikmah yang terkandung dari cerpen diatas semoga bisa bermanfaat untuk pembaca.
By Ihya Ulumuddin QS
Dibuat di kamar Ponpes Hibba Ilahi
15 Oktober 2015


Tidak ada komentar: